PENYIAPAN LAHAN UNTUK TANAMAN KEDELAI


A.Klasifikasi tanaman kedelai
Klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Familia : Papilionaceae
Genus : Glycine     
Species : Glycine max (L.) Merill
B.Morfologi tanaman
Morfologi tanaman kedelai umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak, dan merupakan tanaman semusim. Morfologi tanaman kedelai didukung oleh komponen utamanya, yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji sehingga pertumbuhannya bisa optimal.Tanaman kedelai memiliki berbagai macam vaietas dengan keunggulan masing-masing dan setiap varietas memiliki daya adaptasi berbeda antar agroekosistem,seperti lahan sawah/tegal, lahan masam, dan lahan pasang surut. Varietas Anjasmoro merupakan varietas unggul baru kedelai berbiji besar yang cocok digunakan sebagai bahan baku tempe. Kedelai berbiji besar umumnya diminati oleh industri tempe.Kelemahan varietas Anjasmoro adalah umur panen yang cukup lama(83-93 hari) dibandingkan dengan varietas Grobogan yang hanya 76 hari.

Tanaman kedelai dapat tumbuh diberbagai kondisi jenis tanah yang berbeda. Hal ini dapat ditunjukkan dari adanya perlakuan yang berbeda dalam penyiapan lahan pada pertanaman kedelai. Penyiapan lahan untuk tanaman kedelai sangat ditentukan oleh kondisi tanah sebelum penanaman. Pengolahan lahan di tanah kering/ tanah tegalan atau tanah sawah tadah hujan berbeda perlakuannya dengan tanah sawah. Pada dasarnya kedelai menghendaki kondisi tanah yang tidak terlalu basah, tetapi air harus tetap tersedia. Oleh karena itu di tanah tegalan, kedelai ditanam pada awal dan pertengahan musim hujan, sehingga penyiapan lahannya sebelum musim hujan. Demikian juga pada tanah sawah tadah hujan, kedelai ditanam pada pertengahan atau akhir musim hujan, sehingga penyiapan lahan dilakukan sebelumnya.
Pengolahan tanah pada dasarnya bertujuan untuk mematikan gulma, menggemburkan tanah sehingga benih mudah tumbuh, pertumbuhan kecambah dan akar tanaman dapat berkembang sempurna. Melalui pengolahan, tanah akan menjadi gembur dan aerasi tanah jadi lebih baik. Kondisi ini sangat menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu pengolahan tanah juga dapat mencegah pertumbuhan penyakit di dalam tanah.

C.Kondisi Lahan Ideal
Kondisi lahan yang ideal yang diperlukan yaitu sebagai berikut :
·         Tanah gembur, subur, tidak mudah tergenang air / drainase yang baik
·         Memiliki cukup bahan organik
·         pH netral sampai agak asam (5,5 – 7)
·         Kemiringan tanah tidak lebih dari 8%
·         Ketinggian 0 – 700 meter dpl
·         Jenis tanah liat berlempung, tanah lempung atau tanah lempung berpasir
·         Areal yang memiliki persediaan air (sumber air) yang cukup
·         Sinar Matahari penuh (tidak ternaungi pohon atau bangunan yang tinggi)

Manfaat dilakukannya persiapan lahan yaitu :
·         Memperbaiki Struktur Tanah.
·         Memperbaiki  Aerasi Tanah.
·         Membunuh Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
·         Menghambat tumbuhnya gulma.
·         Melancarkan Drainase (pemasukan dan pembuangan air)

D.Penyiapan Lahan
Lahan yang dipersiapkan pada tanaman kedelai harus tidak tergenang air, menghendaki kondisi tanah yang tidak terlalu basah namun masih cukup lembab. Oleh karena itu areal lahan tanam kedelai umumnya berbentuk bedengan. Ada 2 cara mempersiapkan lahan pada tanaman kedelai yakni persiapan tanpa pengolahan tanah (ekstensif) pada lahan sawah, lahan pasang surut dan persiapan dengan pengolahan tanah (intensif) pada lahan kering/ tanah tegalan.
a.       Penyiapan Lahan Sawah / Lahan Pasang Surut
Apabila menanam kedelai pada tanah sawah, tanah tidak perlu diolah, hanya yang perlu dilakukan adalah membersihkan tanah sawah dari gulma dan sisa-sisa jerami hasil panen padi.Jerami sisa dari panen di jadikan mulsa dengan tujuan untuk menjaga kelembaban tanah, mengurangi serangan lalat kacang, dan menekan pertumbuhan gulma.Kemudian jerami padi dibabat dan dihamparkan serta dibiarkan selama 3 hari agar kering. Setelah itu dibakar. Dua minggu setelah jerami dibakar, lahan disemprot dengan herbisida.Fiksasi nitrogen yang akan memberikan nitrogen bagi tanaman kedelai.Penggunaan herbisida secara kimia dapat mempengaruhi kelangsungan hidup bakteri Bradyrhizobium japonicum.Hal ini dikarenakan penggunaan pestisida kima yang dapat merusak tanah mengikat akar-akar bahkan bintil akar sehingga akan menyebabkan bakteri Bradyrhizobium japonicum kekurangan unsur makanan yang akan mengakibatkan matinya bakteri tersebut yang sangat berguna bagi tanaman kedelai karena berfugsi sebagai.Selanjutnya dibuatkan saluran pembuangan air (drainase) setiap 3 - 4 meter, sedalam 25 - 30 cm, lebar 20 - 25 cm. Pembuatan saluran drainase ini untuk mencegah terjadinya penggenangan air, karena tanaman kedelai tidak tahan terhadap genangan air yang menyebabkan benih menjadi busuk.  Penyiapan lahan untuk penanaman kedelai pada musim hujan atau bila lahan yang akan digunakan banyak tumbuh gulma, maka dilakukan dengan pengolahan tanah (intensif). Selain diolah, pada hari ke 3 - 5 sebelum tanah diolah dilakukan penyemprotan herbisida untuk mencegah pertumbuhan penyakit dalam tanah. Penyiapan lahan pada pertanaman kedelai pada musim kemarau (setelah tanaman padi kedua) setelah tanaman kedelai I dipanen, cukup dilakukan pembersihan gulma. Tapi lebih baik lagi jika dilakukan pengolahan lahan yang minimal ( dicangkul 1 kali).
b.      Penyiapan Lahan Kering.
Pada lahan yang baru pertama kali ditanami kedelai, benih perlu dikampur dengan rhizobium. Apabila tidak tersedia inokulan rhizobium (seperti Rhizoplus atau Legin), dapat digunakan tanah bekas tanaman kedelai yang ditaburkan pada barisan tanaman.Pada umumnya penyiapan lahan untuk tanah kering dilakukan 1 - 2 bulan sebelum hujan turun. Pengolahan tanah dilakukan dengan tanah dicangkul/ dibajak/ ditraktor sedalam 5 - 10 cm agar penghancuran tanahnya baik sebanyak 2 kali. Pada cangkulan 1 biarkan bongkahan terangin-angin selama 5 - 7 hari. Pencangkulan ke 2 sekaligus digemburkan, dibersihkan dari gulma dan diratakan dengan tujuan agar struktur tanah yang di olah semakin baik dan supaya zat-zat yang bersifat pathogen,gulma,dan opt bisa diminalisir. Biarkan tanah yang telah diolah selama 3 - 4 minggu dengan tujuan agar:

1.Udara masuk ke tanah dan terjadi proses oksidasi
2.Agar bakteri anaerob yang sifatnya pathogen dan bibit penyakit mati, serta
3.Gas-gas beracun menguap.untuk memperoleh struktur tanah yang baik. Dianjurkan untuk melaksanakan pengapuran setelah tanah diolah untuk menghindari tanah menjadi masam atau ber pH rendah. Karena dengan tanah yang masam atau pH rendah maka tanaman yang tumbuh diatasnya sering dihinggapi bermacam-macam gangguan seperti daun rontok, tanaman kerdil.Pengukuran pH tanah di lapangan dengan prinsip kolorimeter dengan menggunakan indikator (larutan, kertas pH) yang menunjukkan warna tertantu pada pH yang berbeda. Saat ini sudah banyak pH-meter jinjing (portable) yang dapat dibawa ke lapangan. Di samping itu, ada beberapa tipe pH-meter yang dilengkapi dengan elektroda yang secara langsung dapat digunakan untuk pH tanah, tetapi dengan syarat kandungan lengas saat pengukuran cukup tinggi (kandungan lengas maksimum atau mungkin kelewat jenuh). Kesalahan pengukuran dapat terjadi antara 0,1 – 0,5 unit pH atau bahkan lebih besar karena pengaruh pengenceran dan faktor – faktor lain.Petani yang masih tradisional ukuran pH bukan secara teknologi tetapi lebih melihat kepada kebiasaan dan tingkat keberhasilan tanah lahan yang telah ditanam beberapa kali sehingga pada akhirnya timbul kepekaan petani terhadap tanah seperti apa yang cocok untuk tanaman kedelai.Warna tanah juga bisa menjadi ukuran bagi petani untuk pembukaan lahan kedelai.
Untuk mengukur pH basa kuat di lapangan, indikator fenolptalin (2 g indikator fenolptalin dalam 200 ml alkohol 90%) yang tidak berwarna sangat bermanfaat karena akan berubah menjadi ungu sampai merah pada pH 8,3 – 10,0. Kondisi yang sama dalam pengukuran pH di lapangan pada kondisi luar biasa asam digunakan indikator Brom Cresol Green (0,1 g dilarutkan dalam 250 ml 0,006 N NaOH) yang berubah menjadi hijau sampai kuning pada pH 5,3 dan lebih rendah daripada 3,8.
Untuk mengetahui pH tanah di lapangan, secara umum dapat digunakan indikator universal (campuran 0,02 g metil merah, 0,04 g bromotimol blue, 0,04 g timol blue, dan 0,02 g fenolptalin dalam 100 ml alkohol encer (70%)
Pengapuran dapat menggunakan dolomit, dengan cara menyebar rata sebanyak dosis 1,5 ton/ ha. Jika ditambah pupuk kandang 2,5 ton/ha, dosis kapur dapat dikurangi menjadi 750 kg/ha. Selain itu perlu dibuat saluran pembuangan air sehingga tidak terjadi genangan air di dalam petakan agar biji yang baru tumbuh tidak busuk atau mati.

E.Organisme Pengganggu Tanaman kedelai dan Pengendalian OPT terpadu
Hama utama kedelai yang harus diwaspadai dan dikendalikan adalah:
1.lalat bibit (Ophiomyia phaseoli),
2.ulat pemakan daun:
3.ulat grayak (Spodoptera litura),
4.ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites),
5.ulat Heliotis sp.,
6.ulat penggulung daun(Lamproscma indicata),
7.pengisap polong (Riptortus linearis, Nezara viridula, dan Piezodurushybnert),
8.penggerek polong (Etiella zinckenella),
9.penggerek batang(Melanagromyza sojae),
10.kutu kebul (Bemisia sp.), dan
11.kutu daun(Aphisglycines).

Pengendalian secara biologis; antara lain dengan memanfaatkan musuh alami hama/penyakit, seperti: Trichogramma untuk penggerek polong Etiella spp. Dan Helicoverpa armigera; Nuclear Polyhidrosis Virus (NPV) untuk ulat grayak Spodoptera litura (SNPV) dan Helicoverpa armigera (HaNPV) untuk ulat buah, serta penggunaan feromon seks untuk ulat grayak.

Penggunaan pestisida dilakukan berdasarkan hasil pemantauan,hanya digunakan bila populasi hama telah melebihi ambang kendali.Pestisida dipilih sesuai dengan hama sasaran, dan dipilih yang terdaftar/diijinkan.Penyakit utama adalah karat daun Phakopsora pachyrhizi, busuk batang, dan akar Schlerotium rolfsii dan berbagai penyakit yang disebabkan virus.Penyakit karat daun dikendalikan dengan fungisida.Penyakit busuk batang dan akar dikendalikan dengan jamur Trichoderma harzianum. Untuk penyakit virus yang dikendalikan adalah vektornya (yaitu: kutu) dengan insektisida deltametrin (seperti Decis 2.5 EC) dosis 1 ml/l air, dan nitroguanidin/imidakloprit (seperti Confi dor) dosis 1 ml/l air. Waktu pengendalian disesuaikan dengan kondisi pertanaman, umumnya umur 45-50 hari.
Tahapan pelaksanaan pengendalian gulma terpadu sbb:
• Identifi kasi jenis gulma: rumput, teki, atau daun lebar
• Menentukan tingkat kepadatan gulma
• Taktik dan teknik pengendalian:
(1) Cara mekanis,
(2) Kultur teknis,
(3) Kimiawi (Herbisida), dan
(4) Terpadu, mengkombinasikan beberapa komponen pengendalian.
• Gulma yang tidak dikendalikan berpotensi menurunkan hasil kacang tanah hingga 70%.
Share on Google Plus

About Lovely Bangka Belitung

1 komentar: