BUDIDAYA TEBU

1.Pengertiaan
Budidaya tebu adalah upaya menciptakan kondisi fisik lingkungan tanaman tebu, berdasarkan ketersediaan sumberdaya lahan, alat dan tenaga yang memadai agar sesuai dengan kebutuhan pada fase pertumbuhannya, sehingga menghasilkan produksi (gula) seperti yang diharapkan.
Dewasa ini budidaya yang efisien adalah pengelolaan tanaman tertentu yang diusahakan menyesuaikan dengan lingkungan agroklimat (ketersediaan lahan). Karekteristik agroklimat terdiri dari iklim, kesuburan tanah dan topografi. Budidaya tebu hendaknya menyesuaikan dengan kondisi karakteristik agroklimat di lahan tegalan yang umumnya dijumpai untuk tanaman tebu. Produktifitas tebu ditentukan oleh karakteristik agroklimat yang paling minimum.

2.Kebutuhan Hidup Tanaman Tebu
Pada umumnya mahkluk hidup membutuhkan sumberdaya alam berupa air, oksigen, karbondioksida, makanan dan sinar matahari. Kecuali karbon dioksida dan oksigen, sumberdaya alam lainnya berada pada kondisi yang terbatas dan sering tidak mencukupi kebutuhan, sehingga terkadang memerlukan usaha untuk mencukupi kebutuhan tersebut dengan tindakan pengelolaan hidup. Sebagai contoh misalnya tanaman tebu membutuhkan hara untuk mencapai pertumbuhan normalnya, namun ketersediaan di dalam tanah tempat tanaman itu tumbuh tidak tersedia hara N yang memadai. Pada keadaan demikian tanaman tersebut tentu tidak akan mungkin tumbuh normal (karena defisiensi N). Untuk mencapai kondisi pertumbuhan normal, maka upaya budidaya diperlukan yaitu dengan cara memberikan pupuk N untuk kasus kekurangan hara N tersebut.
Sumberdaya alam selama periode pertumbuhan tebu sangat dibutuhkan. Namun laju kebutuhan setiap fase pertumbuhan tanaman terhadap kebutuhan jenis maupun kuantitasnya selalu tidak sama. Dengan demikian terdapat ukuran - ukuran kebutuhan yang secara keseluruhan sangat ditentukan oleh kebutuhan biologi pertumbuhan. Sebagai contoh, tanaman tebu memiliki 5 stadium pertumbuhan yaitu fase perkecambahan, pertunasan, pemanjangan batang, kemasakan dan kematian, kebutuhan akan sumberdaya air pada setiap stadium berbeda. Stadium perkecambahan sampai pemanjangan batang dapat dikatakan menghendaki kebutuhan air yang sangat banyak. Namun pada fase kemasakan dan bahkan kematian, kebutuhan terhadap air justru pada kondisi yang lebih sedikit untuk mengoptimalkan pengisiaan gula dalam batang. Hal yang lain yang berkaitan dengan kebutuhan hidup tanaman tebu adalah secara agregat setiap sumber daya alam selalu dibutuhkan, meskipun kuantitasnya dapat berlainan antara setiap fase pertumbuhannya.
Tidak terpenuhi salah satu atau lebih sumberdaya alam yang dibutuhkan tanaman tebu, maka akan berakibat pada penurunan kualitas pertumbuhan maupun produktivitas tanaman yang dihasilkan. Dalam budidaya tebu, upaya untuk memenuhi kebutuhan sumberdaya alam pada saat optimal diperlukan akan memberikan hasil panen yang maksimal.
3.Memaksimumkan Hasil Panen
Secara definisi telah dikemukakan di atas arti dari budidaya yang sesungguhnya dapat disederhanakan lagi yaitu suatu upaya manusia mengoptimalkan kondisi tanaman agar memperoleh sumberdaya alam yang dibutuhkan untuk hidupnya, sehingga dapat dimaksimalkan perolehan produktivitas tanaman. Dengan demikian tujuan akhir dari upaya budidaya adalah mengoptimalkan kondisi tanaman untuk memaksimumkan hasil panen.
Budidaya merupakan prasarana untuk meningkatkan respon tanaman terhadap input yang diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menunjang dan memacu proses pertumbuhan. Keberhasilan budidaya ditentukan oleh berlangsungnya proses-proses pertumbuhan dalam setiap stadium secara normal dan berkesinambungan. Setiap proses fase pertumbuhan harus berjalan dengan sempurna, untuk memberikan kesempatan proses fase pertumbuhan berikutnya sehingga berjalan sempurna juga. Gangguan pada salah satu proses fase pertumbuhan tebu, harus dipandang sebagai titik dari mata rantai yang terlemah dan yang paling bertanggung jawab terhadap hasil panen yang akan diperoleh. Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan faktor pembatas yang paling menentukan terhadap perolehan hasil tanaman, maka upaya dari budidaya sesungguhnya untuk mengeleminir sekecil mungkin kekurangan ketersedian sumber daya alam yang dibutuhkan setiap fase pertumbuhan guna memaksimumkan hasil panen yang akan diperoleh.
4.Landasan Pola Budidaya Tebu
Budidaya tebu yang paling sesuai adalah budidaya tebu yang menyesuaikan dengan kondisi agroklimat, yaitu iklim, kesuburan tanah dan tofografi. Selain itu, keberhasilan budidaya tebu ditentukan pula oleh penggunaan sarana pendukung seperti tenaga kerja dan penggunaan peralatan yang akan menunjang pengelolaan pertanian berkelanjutan. Lebih spesifik lagi, keberhasilan penyesuaian budidaya tebu ditentukan oleh kesesuaian tebu terhadap kondisi iklim, kesesuaian tebu terhadap kesuburan tanah, kesesuaian pengelolaan tebu dengan tofografi, kesesuaian pengelolaan tebu berdasarkan keterbatasan tenaga, sehingga mengharuskan penerapan peralatan mekanisasi dan kesesuaian tebu menuju pertanian berkelanjutan.
5.Kesesuaian Tebu Terhadap Iklim
Budidaya tebu harus mengupayakan kebutuhan tebu terhadap variabel iklim, khususnya terhadap ketersediaan air, baik dalam mengatur kecukupan air maupun mengurangi ketersediaannya. Dalam budidaya, singkronisasi kebutuhan pertumbuhan tebu dengan kebutuhan SDA iklim, seperti mengatur masa tanam yang baik untuk mendapatkan kebutuhan air optimal pada fase pertumbuhan awal dan ditebang pada periode musim kemarau.
Berdasarkan kebutuhan air pada setiap fase pertumbuhannya, curah hujan bulanan ideal untuk pertanaman tebu adalah 200 mm / bulan pada 5-6 bulan berturut - turut, 125 mm/bulan pada 2 bulan transisi dan kurang 75 mm / bulan pada 4 - 5 bulan berturut-turut. Menurut tipe iklim Oldeman, zona yang terbaik untuk tanaman tebu adalah tipe iklim C2 dan C3. Dalam pengembangannya ke lahan kering selain kedua tipe iklim tersebut ada beberapa lahan dengan tipe iklim yang dapat diusahakan untuk tebu dengan masukan-masukan teknologi adalah B2, C2, C3, D2, E3. Lahan yang dapat dikembangkan untuk pertumbuhan tebu dengan tanah cukup ringan dan berdrainase baik B1, C1, D1 dan E1.
6.Kesesuaian Tebu Terhadap Kesuburan Tanah
Kesuburan tanah menentukan keberhasilan budidaya tebu, menyangkut aspek faktor pembatas fisik dan kimia tanah. Sifat fisik tanah yang menonjol adalah drainase / permeabilitas, tekstur dan ruang pori. Sedangkan sifat kimia tanah adalah kadar bahan organik, pH, ketersediaan hara esensial dan KTK tanah.
Tekstur tanah yang sesuai bagi tanaman tebu berdasarkan sifat olah tanah adalah sedang sampai berat atau menurut klasifikasi tekstur tanah (Buckman and Brady, 1960) adalah lempung, lempung berpasir, lempung berdebu, liat berpasir, liat berlempung, liat berdebu dan liat atau yang tergolong bertekstur agak kasar sampai halus. Kemasaman tanah (pH) yang terbaik untuk tanaman tebu adalah pada kisaran 6,0 – 7,0 namun masih dapat tumbuh pada kisaran pH 4,5 - 7,5. Kesuburan tanah (status hara), berdasarkan hasil penelitian P3GI untuk menentukan kesesuaian lahan bagi tanaman tebu dengan kriteria N total > 1,5, P2O5 tersedia > 75 ppm, K2O tersedia > 150 ppm dan kejenuhan Al <> 4 bulan, masa tanam yang optimal pada akhir musim kemarau sampai awal musim hujan yaitu pertengahan Oktober sampai dengan masa tanam juga dapat pada akhir musim hujan sampai awal musim kemarau (pola II) dengan kondisi tanah ringan, ngompol dapat diolah sepanjang musim. Pada daerah basah (bulan kering ≤ 2 bulan) masa tanam tebu terbaik pada awal musim kemarau.
d. Mencukupi Kebutuhan Hara Tanaman
Ketersediaan hara dalam tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman pada masing-masing fase pertumbuhannya sangat ditentukan oleh kondisi lahan dan ketepatan pemupukan. Dalam pemupukan perlu diperhatikan efektivitas dan efisiensi.
e. Pengendalian Jasad Pengganggu
Prinsip pengendalian jasad pengganggu (gulma, hama dan penyakit) adalah memastikan bahwa input dan tanaman tebu tidak “termakan” oleh jasad pengganggu yaitu pengendalian secara preventif.
f. Panen Tebu Masak (M), Bersih (B) Dan Segar (S)
Dalam pengusahaan tanaman tebu, upaya budidaya yang ditunjukkan untuk meningkatkan bobot tebu dan rendemen yang tinggi pada akhirnya banyak ditentukan oleh sejumlah mana tebu tersebut ditebang dan digiling dalam keadaan Masak, Bersih dan Segar (MBS). Untuk menciptakan panen MBS banyak berkaitan dengan aspek - aspek manajerial dan koordinasi, baik diintern Pabrik Gula (antara Bagian Tanaman, Tebang Angkut dan Pabrik) maupun koordinasi PG dengan Petani.
7.Pemantauan Pertumbuhan Tanaman
Pemantauan perrtumbuhan tanaman yang bertujuan untuk mengetahui dampak dari tindakan - tindakan budidaya yang dilakukan. Pemantauan pertumbuhan tanaman dapat dilakukan dengan pengetahuan pertumbuhan setiap fase dan faktor - faktor yang mempengaruhi dan dinamika populasi. Dengan membandingkan antara jumlah populasi atau pertumbuhan suatu saat pada suatu kebun dengan standar pertumbuhan / dinamika populasi normal serta dihubungkan dengan fase pertumbuhan saat pemantauan, sehingga dapat ditentukan tumbuh normal atau tidak serta antisipasi / tindakan yang diperlukan.
8.Konsistensi Pengelolaan Tanaman
Agar dapat diperoleh hasil gula yang optimal diperlukan konsistensi pengelolaan yang prima sejak pembukaan lahan sampai tebu dipanen dan digiling, mengingat kualitas suatu fase pertumbuhan menentukan pertumbuhan berikutnya dan kualitas bahan baku akan menentukan sejauh mana potensi gula yang ada di batang dapat dijadikan gula kristal yang diharapkan. Salah satu yang harus diwaspadai adalah ketidak konsistenan pada saat panen, tebu yang ditanam dan dipelihara dengan baik hasil gulanya kurang menggembirakan karena kehilangan gula yang cukup besar saat panen akibat mutu tebang dan angkut kurang baik.
Share on Google Plus

About Lovely Bangka Belitung

0 komentar:

Posting Komentar