Keberadaan manusia yang dikodratkan sebagai makhluk
sosial menggariskan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki hubungan erat
dengan sesama manusia itu sendiri. Hubungan hablumminannas mengandung arti
tersembunyi dimana sesama manusia terselip rasa berbagi dalam hubungan
tersebut.
Tingginya individualisme manusia saat ini
seolah-olah telah menggerus sifat kepeduliaan antar sesame. Tertutupnya
kepekaan terhadap disekita kita menutup mata hati kita untuk saling tolong
menolong sesama. Memupuk rasa berbagi saat ini bukanlah suatu perkara yang
mudah dalam tatanan kehidupan manusia. Banyak hal yang menjadi sekat pembatas
bagaimana perilaku berbagi bias menjadi sebuah budaya menggurita dalam diri
masing-masing.
Berbagi suatu kata yang mudah diucapkan tetapi belum
begitu mudah untuk dilaksanakan dalam diri kita. Acuhnya kita terhadap kondisi
lingkungan dan situasi sesame kita menyebabkan diri kita menjadi seorang yang
buta akan sebuah arti kebersamaan. Keindahan dunia yang semata-mata kita kejar
untuk meraih semua yang kita ingin menjustifikasikan diri kita sebagai makhluk
yang serakah akan segala hal yang ingin dicapai. Orientasi idealisme yang
mengarah kepada kecintaan dunia mengantarkan diri seorang menjadi manusia
tertutup akan akherat dan terbuka lebar terhadap rayuan dunia. Ironisnya hal
itu juga menciptakan generasi yang asing terhadap nasib sesama.
Disamping itu juga marginalnya sikap berbagi di
kalangan kita tak lain juga dilatar belakangi masih rendahnya sikap peduli yang
ditanamkan dalam diri kita. Alhasil,kita hanya menjadi manusia yang peduli
untuk kebahagiaan kita sendiri tanpa kebahagiaan sesama.
Peningkatan kesadaran tentang sikap berbagi perlu
dibesarkan lagi agar tidak terjadi kesenjangan sosial dan degradasi moral dalam
bangsa ini. Apabila keseimbangan sosial,ekonomi,politik dan pendidikan dapat
diciptakan serta moralitas bangsa dapat di tingkatkan bukan tak mungkin
perilaku berbagi dapat kita lihat dan rasakan di negeri tercinta ini.
0 komentar:
Posting Komentar